Page 58 - Napak Tilas Sumedanglarang
P. 58

Karena pengangkatan tersebut memungkinkan, memang keadaan tidak mungkin mengangkat bupati dari keturunan Sumedang dikarenakan pengganti dari Sumedang belum menginjak dewasa.
Adipati Tanubaya merupakan keturunan dari Santoan Wirakusumah (Dalem Pagaden - Subang) putra keempat dari Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri, jadi sebenarnya pengangkatan Adipati Tanubaya oleh kompeni beralasan karena Tanubaya merupakan keturunan Sumedang juga.
Adipati Tanubaya merupakan seorang bupati yang baik dalam melaksanakan tugasnya, ia menyadari bahwa pengangkatannya disertai syarat bahwa jika kelak wafat puteranya tidak dapat mengantikannya akan tetapi waktu Adipati Tanubaya wafat digantikan oleh puteranya Tumenggung Patrakusumah. bukan oleh putera keturunan para bupati Sumedang. Setelah wafat Adipati Tanubaya dimakamkan di Kp. Cibodas Ds. Parakan Muncang Kabupaten Sumedang.
12. TUMENGGUNG PATRAKUSUMAH (1775 – 1789) Bupati Penyelang.
Pengangkatan Tumenggung Patrakusumah sebagai Bupati Sumedang menggantikan Adipati Tanubaya mendapat dukungan dari 4 umbul terutama di Sumedang dan setelah mendapat dukungan Patrakusumah berhenti menjadi Bupati Parakanmuncang. Setelah menjadi Bupati Sumedang, Tumenggung Patrakusumah bergelar Adipati Tanubaya II (1755 – 1789).
Mengenai hak para Bupati keturunan Sumedang tidak ada masalah karena waktu Raden Djamu menginjak dewasa dinikahkan dengan puteri Tumenggung Patrakusumah yang bernama Nyi Raden Radja Mira dan dikaruniai seorang puteri bernama Nyi Raden Kasomi. Pada masa pemerintahannya Tumenggung Patrakusumah termakan hasutan seorang Demang di Sumedang (Demang Dongkol) yang berambisi untuk mempunyai anaknya yang menjadi Bupati, tetapi maksudnya terhalang oleh Raden Djamu yang menikah dengan puteri Tumenggung Patrakusumah. Sehingga ia menghasut Tumenggung Patrakusumah agar Raden Djamu dibunuh. Raden Djamu yang mendengar niat buruk mertuanya segera meninggalkan Sumedang, meninggalkan anak istrinya (baca bab Pangeran Kornel). Berhubung dalam masa pemerintahnya melakukan pelanggaran dan niat jahatnya akan membunuh Raden Djamu maka pada tanggal 31 Desember 1789 ia diberhentikan oleh kompeni dari kedudukan Bupati Sumedang kemudian diasingkan ke Batavia di Patuakan maka dikenal juga sebagai Dalem Patuakan. Pada tahun 1970 makamnya dipindahkan ke Gunung Puyuh Sumedang.
51


































































































   56   57   58   59   60