Page 34 - Napak Tilas Sumedanglarang
P. 34
Pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Wesaka 1501 Sakakala atau tanggal 8 Mei 1579 M Pajajaran “Sirna ing bumi”.Seperti diberitakan dalam Pustaka Nusantara III/1 (h.219) dan Pustaka Kertabhumi 1/2 (h.68) “Pajajaran sirna ing bhumi ing ekadacai cuklapaksa wesakhamasa sahasra limangantus punjul siki ikang cakakala”. Ibukota Pajajaran jatuh ke tangan pasukan gabungan Kesultanan Surasowan Banten dan Cirebon. Pajajaran Burak, dalam penyerangan tersebut tentara Banten hanya mendapatkan keadaan keraton pakuan yang kosong telah ditinggalkan oleh penghuninya dan tentara Banten hanya membawa batu penobatan raja-raja Sunda Sriman Sriwacana ke Istana Surasowan Banten kemudian digunakan sebagai tempat penobatan raja-raja Banten, batu ini dikenal sebagai Watu Gilang. Dengan dibawanya batu tersebut dari Pajajaran menandakan berpindahnya legitimasi kekuasaan dari Pajajaran ke tangan Banten tetapi kenyataannya atas kekuasaan wilayah Pajajaran berada di tangan Sumedanglarang.
• Hanjuang Di Kutamaya.
Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun ada suatu peristiwa penting, menurut Pustaka Kertabhumi I/2 (h.70) peristiwa Harisbaya terjadi tahun 1507 saka atau 1585 M. Setelah menjadi Raja Sumedanglarang Prabu Geusan Ulun diperintahkan oleh ayahnya Pangeran santri untuk memperdalam agama Islam dan ilmu pemerintahan di Demak dan Pajang. Selama berguru di Demak Prabu Geusan Ulun belajar ilmu keagamaan, sedangkan di Pajang berguru kepada Hadiwijaya belajar ilmu kenegaraan dan ilmu perang, selama di Pajang inilah Prabu Geusan Ulun berjumpa dengan Harisbaya dan menjalin hubungan kekasih yang akhirnya hubungan kekasih ini terputus karena Ratu Harisbaya di paksa nikah dengan Panembahan Ratu oleh Arya Pangiri. Harisbaya merupakan puteri Pajang berdarah Madura yang di “berikan” oleh Arya Pangiri penguasa Mataram kepada Panembahan Ratu. Pemberian Harisbaya ke Panembahan Ratu oleh Arya Pangiri agar Panembahan Ratu bersikap netral karena setelah Hadiwijaya raja Pajang wafat terjadilah perebutan kekuasaan antara keluarga keraton - Pajang yang didukung oleh Panembahan Ratu Cirebon menghendaki agar yang menggantikan Hadiwijaya adalah Pangeran Banowo putra bungsunya, tetapi pihak keluarga Trenggono di Demak menghendaki Arya Pangiri putra Sunan Prawoto dan menantu Hadiwijaya sebagai penggantinya, yang akhirnya Arya Pangirilah yang meneruskan kekuasaan di Pajang.
Setelah pulang berguru dari Demak dan Pajang Prabu Geusan Ulun dan untuk melupakan Harisbaya Prabu Geusan Ulun dinikahkan dengan Nyi Mas Gedengwaru putri puteri Sunan Pada (cucu Sribaduga Maharaja / Prabu Siliwangi dari Ratu
27

