Page 61 - Napak Tilas Sumedanglarang
P. 61

Raden Djamu diangkat sebagai Kepala Cutak (Wedana) Cikalong menggantikan mertuanya Raden Rangga Gede yang diangkat menjadi Bupati Bogor. Setelah menjadi Wedana Cikalong Raden Djamu dikenal sebagai Raden Surianagara III. Setelah Adipati Tanubaya II diasingkan ke Batavia oleh kompeni ditunjuk sebagai pengganti sementara kepala pemerintahan Sumedang dipegang oleh Patih Sumedang Aria Satjapati (1789 – 1791). Aria Satjapati mengirim surat kepada Adipati Aria Wiratanudatar VI memohon agar mengusulkan Raden Djamu atau Surianagara III diangkat menjadi bupati Sumedang kepada kompeni. Usul dari Wiratanudatar IV diterima oleh kompeni dan diangkatlah Raden Djamu atau Raden Tumenggung Adipati Surianagara III menjadi bupati Sumedang dengan gelar Pangeran Kusumahdinata IX (1791 – 1828).
Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799, pemerintahan dipegang oleh Pemerintah Hindia Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jenderal William Daendels dan membagi Jawa atas 9 prefektur. Wilayah Jawa bagian barat disebut Prefectuur Preanger Regentschappen yang terdiri atas Sumedang, Bandung, Cianjur, Parakanmuncang dan Karawang.
Berdasarkan laporan komisi yang dipimpin oleh Carl Wilhelm Thalman yang ditulis 29 Januari 1808, disebutkan bahwa Pangeran Kusumadinata IX adalah seorang bupati yang cerdas, pandai, rajin dan penuh pengabdian pada rakyatnya serta dituakan oleh para bupati di Priangan. Sewaktu mulai menjabat bupati Pangeran Kusumadinata IX harus menghadapi keadaan Sumedang yang terpelihara. Beliau membuka hutan menjadi areal perkebunan kopi yang subur dengan usahanya itu berhasil meningkatkan produksi kopi hingga 25.000 pikul per tahun dan memperpendek masa pengangkutan dari 22 – 60 hari menjadi 2-6 hari saja dengan memindahkan tempat pengiriman dari Cikao ke Karangsambung.
Pada tahun 1811 masa pemerintahan Gubernur Jenderal William Daendels, merintahkan semua bupati di tanah Jawa untuk membantu pembangunan jalan pos antara Anyer dan Banyuwangi. Di Sumedang jalan pos tersebut harus melalui gunung cadas yang keras. Pangeran Kusumadinata IX menghadapi pekerjaan yang berat mau tidak mau harus dilaksanakan oleh rakyatnya dan tanggung jawabnya sebagai bupati, setelah mengumpulkan rakyatnya Pangeran Kusumahdinata IX menganjurkan dan mengajak rakyatnya untuk membantu pelaksanaan pembuatan jalan pos tersebut, rakyat Sumedang menyatakan kesanggupannya melaksanakan tugas itu.
Pada tanggal 26 November 1811 dibawah pimpinan Demang Mangkupradja dan dibawah pengawas dari Pangeran Kusumahdinata IX, dimulailah pembobokan gunung cadas untuk pembuatan jalan pos tersebut dalam proses pembuatan jalan tersebut banyak rakyat Sumedang pun menjadi korban “kerja paksa” Belanda, banyak rakyat menjadi korban akibat sulitnya medan jalan yang dibuat, rakyat dipaksa untuk menembus bukit cadas
54


































































































   59   60   61   62   63