Page 13 - Napak Tilas Sumedanglarang
P. 13
• FASE AWAL KERAJAAN.
Penelusuran kembali “Nyukcruk Galur” jejak-jejak kehidupan masa lampau terutama masa kerajaan sepenuhnya tergantung pada tinggalan budaya baik itu berupa artefak maupun situs-situs yang ada. Sumedang bagian dari Tatar Sunda barang tentunya memilki kekayaan budaya yang beragam khususnya berupa peninggal-peninggalan masa lampau.
Keberadaan kerajaan – kerajaan di Sumedang sudah tercatat dalam berbagai kitab kuno seperti Carita Parahiyangan dan Catatan Bujangga Manik (1473). Selain itu mengenai raja-raja Sumedang tercatat pula di kitab Waruga Jagat, Carita Ratu Pakuan, Pustaka Rajya-Rajya I Bhuni Nusantara Parwa III Sarga 2 (1682), Kropak 410 dan Pustaka Nagara Kretabhumi Parwa I Sarga 2 (1694). Dalam Carita Parahiyangan bahwa sekitar kaki Gunung Tompo Omas (Tampomas) terdapat sebuah kerajaan yang bernama Medang Kahiyangan (252 – 290) + terletak di antara Kec. Conggeang dan Kec. Buah Dua. Raja-raja Medang Kahiyangan merupakan keturunan Raja Salakanagara ke lima dari Prabu Dharma Satya Jaya Waruna Dewawarman (251 – 289) menantu Dewawarman IV, sangat disayangkan catatan sejarah Kerajaan Medang Kahiyangan hampir tidak banyak diceritakan dalam Carita Parahiyangan, sedangkan peninggalan masa Medang Kahiyangan banyak tersebar di Gunung Tampomas. Dan dalam catatan Bujangga Manik disebutkan pula bahwa sekitar daerah Cipameungpeuk terdapat sebuah Kerajaan bernama Sumedanglarang , Selain terdapat kedua kerajaan tersebut, di sebelah selatan Sumedang pun terdapat kerajaan yang bernama Medang Sasigar pada abad ke-17 yang terletak diantara Bandung dan Parakanmuncang.
Foto : Situs Puncak Manik di Gunung Tampomas
6

