Page 11 - Napak Tilas Sumedanglarang
P. 11
Dalam kehidupan religious pada masa bercocok tanam berkembang sebuah tradisi megalitik. Dasar kehidupan religi pada masa megalitik adalah sikap terhadap alam kehidupan sesudah mati. Masyarakat pada waktu itu percaya bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal, melainkan tetap hidup dan memiliki kelanjutan kehidupan dalam wujud-wujud rokhaniah sehingga roh-roh leluhur dianggap sangat mempengaruhi kehidupan turunannya di dunia. Sebagai penghormatan dan sarana komunikasi dibuatlah sebuah media yang disamping bermakna menempatkan roh para leluhur pada tataran lebih tinggi juga bermakna untuk lebih mendekatkan jarak antara puncak gunung sebagai dunia atas dengan dunia bawah tempat para anak cucu. Hampir semua media tempat penghormatan dan komunikasi itu ditempatkan pada undakan (punden berundak) bangunan berundak yang teras-terasnya bersusun kian ke atas kian mengecil. Selain punden berundak karya tradisi megalitik dapat berupa dolmen, peti kubur batu , Sarkofagus, bilik batu, bejana batu, waruga, watu kandang, batu dakon, menhir/lingga dan lain sebagainya.
Foto : Situs di Gunung Tampomas
Gunung Tampomas banyak ditemukan temuan tradisi Megalitik seperti Arca Ganesha, Arca Domas, Sarkofagus, Batu Sandung, pundan berundak di puncaknya
4

