Page 4 - Napak Tilas Sumedanglarang
P. 4

Sekapur Sirih..................................................
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya sendiri dan Bangsa yang besar adalah bangsa yang memelihara nilai budaya peninggalan leluhurnya. Budaya merupakan salah satu ciri dan akar suatu bangsa dan merupakan asset yang harus tetap dipelihara dan dikembangkan oleh kita semua. Hilangnya suatu kebudayaan berarti hilangnya suatu jati diri suatu bangsa karena budaya merupakan benteng terakhir suatu peradaban. Masyarakat Sunda mewarisi peradaban masa lampau yang adi luhung, yakni peradaban sunda yang diwujudkan dalam karya budaya utuh. Karya budaya itu memiliki khasanah tersendiri baik jenis maupun bentuk sebagai waraba jati diri masyarakat Sunda.
Sumedang bagian dari masyarakat Sunda memiliki berbagai karya budaya mulai dari peninggalan masa prasejarah sampai peninggalan masa kerajaan khusususnya Sumedanglarang, Sumedang sekarang tidak dapat dilepaskan dari eksistensi kebesaran dan kejayaan kerajaan Sumedanglarang dahulu kala, dari peninggalan leluhur tersebut banyak meninggalkan berbagai macam bentuk budaya baik seperti budaya tradisi, situs-situs maupun artefak-artefak yang tersebar diberbagai pelosok Sumedang
Selain itu kearifan local (historiografi tradisional) mengenai sejarah Sumedang muncul beraneka ragam versi sejarah yang ada. Munculnya berbagai versi sejarah Sumedang karena kurangnya data otentik berupa manuskrip mengenai sejarah Sumedanglarang sebelum masa Prabu Geusan Ulun karena hilangnya mata rantai sejarah Sumedang dalam sejarah Jawa Barat selama ini sejarah kerajaan Sumedanglarang sebatas dalam historiografi tradisional berupa babad/legenda/ dongeng/ mitoslogi yang berkembang di masyarakat Sumedang, hanya sedikit manuskrip / kitab kuno yang mengulas Sejarah Sumedanglarang. Seperti seperti dalam Carita Parahiyangan dan Catatan Bujangga Manik (1473), Waruga Jagat (1656), Carita Ratu Pakuan, Pustaka Rajya-Rajya I Bhuni Nusantara Parwa III Sarga 2 (1682), Kropak 410 dan Pustaka Nagara Kretabhumi Parwa I Sarga 2 (1694), dari semua manuskrip yang ada itupun mengulas masa Prabu Geusan Ulun, Sedangkan bentuk prastasti belum pernah ditemukan di Sumedang sebagai data perbanding sejaman yang kuat untuk menunjukan eksistensi Sumedanglarang dalam perkembangan sejarah Jawa Barat.
iii


































































































   2   3   4   5   6